Katak rotan, salah satu spesies yang paling berbahaya di dunia, mulai
membunuh satwa liar di luar Australia. Katak ini sangat beracun dan membunuh
hewan predator yang coba memakannya. Akibatnya jumlah spesies reptil asli
Australia terus berkurang.
Kini para ahli menemukan bahwa katak beracun itu juga
membunuh ular boa di Hindia Barat. Selain itu hewan pemangsa di kawasan Karibia
juga terancam. Katak rotan merupakan spesies katak terbesar dan memiliki racun
bufogenin yang sangat kuat.
Habitat asli katak itu berada di sebelah utara Amerika
Selatan hingga Amerika Tengah serta sebelah selatan Amerika Serikat.
Pada awal hingga pertengahan abad 19 katak itu sengaja
dibawa ke kepulauan Karibia, termasuk Jamaika pada 1844 dan kemudian menyebar
ke wilayah Pastifik Selatan.
Awalnya katak itu itu digunakan untuk memangsa
hewan-hewan yang menganggu tanaman tebu termasuk tikus dan kumbang. Namun dalam
perkembangannya katak-katak itu malah menghancurkan spesies asli suatu daerah.
Katak beracun ini telah menghancurkan populasi hewan
predator ampibi seperti kadal dan ular di Australia. Ancaman itu menyebar di
sebelah barat benua itu dari Queensland ke New South Wales hingga negara bagian
Northern Territory.
Sekarang para ilmuwan menemukan hewan ampibi beracun
ini sudah membunuh fauna langka di Karibia.
Byron Wilson dari Universitas West Indies di
Jamaika menemukan banyak kasus matinya ular boa Jamaika (Epicrates subflavus)
akibat katak beracun itu. Ular boa merupakan hewan endemik di kepulauan
Jamaika.
Boa, yang juga dikenal sebagai ular kuning, sudah
sangat langka dan habitatnya terancam oleh kehadiran anjing dan babi.
“Meski katak ini sudah hadir di Jamaika selama lebih
dari 160 tahun, ular boa belum mempunyai cara untuk menghindari spesies
berbahaya itu,” kata Byron Wilson.
Sumber: BBC News
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda merupakan informasi bagi kami